Islam Sinkretis di Tanah Batak
Seperti Kejawen di tanah Jawa, di tanah Batak juga terdapat istilah Parmalim yang diyakini sebagai sebuah agama yang utuh. Ajaran ini 70 persen berasal dari agama Islam yang telah dikenal bangsa Batak sejak abad ke-8 M. Beberapa ajaran yang berasal dari pemikiran dan tafsiran-tafsiran itu akhirnya disandarkan kepada Raja Uti dari Barus.
Kedudukan Raja Uti bagi Parmalim adalah tokoh spiritual (Supranatural) dengan kedudukan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam membentuk kepribadian Raja SM Raja dari pertama sampai dua belas. Bimbingan itu juga berlaku kepada bangsa batak sejak dahulu kala.
Kata Malim berasal dari bahasa Arab yang terdapat di kitab-kitab suci; yang berarti suci dan saleh dari asal kata Muallim. Dalam bahasa Arab Muallim merujuk kepada istilah orang suci yang menjadi pembimbing dan sokoguru. Parmalim diistilah Batak berkembang ke dalam pengertian; orang-orang saleh berpakaian sorban putih.
Bila kita pelajari Islam di tanah Batak yang sangat berhubungan dengan Islam di Tanah Minang, dapat diketahui bahwa istilah 'malim' masih digunakan di tanah Minang sebelum era masuknya tarekat naqsabandiyah di sana. Ini berarti dalam era tarekat syattariyah.
Mengenai asal kata Malim lihat H. M. Lange, Het Nederlandsch Oost-Indisch Leger ter Westkust van Sumatra (1819-1845) (Hertogenbosch: Gebroeders Muller, 1852), I, p. 16 B..d., "De Padries op Sumatra," Indisch Magazijn, II, No. 1 (1845), pp. 175-176. Lebh jelas mengenai istilah malim lihat Hamka, Ajahku, Riwajat Hidup Dr. H. Abd. Karim Amrullah dan Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera (3rd edition; Djakarta: Penerbit Djajamurni, 1967), p. 24, ftn. 1.
Dikatakan bahwa :
…Islam di Minangkabau mendapat perhatian publik saat kehadiran Syeikh Burhanuddin yang mendirikan Universitas Ulakan di Ulakan, Sumatera Barat. Syeikh Burhanuddin ini merupakan murid dari Abdulrauf Singkel. Abdulrauf Singkel sendiri merupakan murid dari Hamzah Fansuri.
Alumni univeristas ini akhirnya menyebar dan mendapat penghormatan dari masyarakat di Minaggkabau darat yang berpusat di Pemansiangan, Agam. Salah satu yang terkenal dari alumni-alumni tersebut adalah Tuanku Nan Tua atau Tuanku Kota Tua (11) dari Empat Angkat, Agam.
Tuanku Nan Tua, yang sudah terpengaruh dengan tarekat Naqsabandiyah, berusaha mengenalkan sistem tasawuf ini meninggalkan tarekat Syattariah. Sebabnya adalah berkembangnya faham syafii menggantikan faham syiah yang sudah lama punah dari tanah Minang. Tarekat Naqsabandiyah dianggap lebih dekat dengan mazhab syafii.
Salah satu murid Tuanku Nan Tua, mulai naik untuk menyebarkan pembaharuan pemahaman agama ini. Pada waktu itu, pemahaman lama Islam tidak mampun menciptakan law and order di tengah masyarakat Minang yang akhirnya sibuk dalam maksiat dan lain-lain.
Murid tersebut adalah Imam Bonjol yang berusaha berdiri menegakkan law and order tersebut. Imam Bonjol sendiri sebelum dikenal dengan nama ini juga sudah terkenal di masyarakat dengan nama Muhammad Syahab atau Peto Syarief atau 'Malim' Besar'.
Malim di sini adalah pemimpin tarekat. Dia juga masuk dalam jajaran administrasi pemimpin adat dan tempat bertanya dalam konsultasi syariah. Artinya dalam budaya Batak, Malim ini masuk menjadi jajaran penasehat raja sebuah huta di samping parbaringin, dan raja patik.
Masuknya Islam ke tanah Batak yang sangat dipengaruhi oleh budaya Aceh dan Minang sangat berpengaruh besar dengan berkembangnya istilah Malim dan Parmalim menjadi sebuah sinkretisme agama Islam.
Parmalimpun diklaim merupakan agama monoteis aseli orang Batak. Sekarang ini agama ini telah diakui oleh Pemerintah RI sebagai aliran kepercayaan. Seperti halnya sebuah agama, ajaran ini mempunyai sekte-sekte. Tiga di antaranya yang terkenal adalah Parmalim dengan pimpinan, (rasul?) Raja Mulia Naipospos berkedudukan di Huta Tinggi, Laguboti. Sekte yang kedua dengn rasulnya Guru Somalaing berkedudukan di Balige dan yang tekhir rasul Guru Mangantar Manurung di Si Gaol Huta Gur-gur, Porsea. Sekte lain yang sudah pudar adalah Agama Putih dan Agama Teka.
Raja Uti dianggap berkedudukan sebaga pembawa agama seperti halnya Guru Nanak di keyakinan Sikh, para SM Raja merupakan penerusnya dalam menerima wahyu dan para pemimpin agama sebagai rasul-rasul pembaharu. Sejarah peradaban kaum Batak sebanding dengan rekannya kaum Yahudi, Arab, India, Tao dan lain sebagainya yang mempunyai nabi dan rasul-rasul dari kaumnya.
Sejarah Batak tidak saja mengenai perluasan wilayah, adat-istiadat, perang dan konflik tapi juga mengenai sejarah pencarian Tuhan dalam bentuk pembaharuan dan perubahan pola pikir dalam beragama. Parmalim merupakan produk dari proses pencarian Tuhan yang tiada hentinya dalam percaturan sejarah bangsa Batak. Seperti halnya yang dialami oleh bangsa-bangsa dengan peradaban yang maju lainnya.
Sekilas Agama Parmalim
1. Tuhan: Mulajadi Na Bolon (Yang Maha Besar tempat semua makhluk berasal)
2. Tempat Ibadah: Bale Parpitaan dan Bale Partonggoan
3. Kita Suci: Tumbaga Holing
4. Pembawa Agama/Tokoh Spiritual: Raja Uti
5. Pantangan: Riba, Makan Darah, Babi dan Anjing serta Monyet
6. Hari Suci: Sabtu
7. Pertama kali berdiri: 497 Masehi atau 1450 tahun Batak
Sandaran Teologis
Filosofi Teologis dalam pemahaman Parmalim adalah tentang sebuah eksistensi. Eksistensi manusia harus didasarkan pada komunikasi pada alam. Tanpa itu keseimbangan tidak dapat dipertahankan. Salah satu ujud dari komunikasi kepada alam akan membentuk penyadaran diri sebagai makhluk yang lemah.
Kegulauan dalam pikiran yang menimbulkan pertanyaan dalam diri akan mendapat jawaban dari diri itu sendiri, sebagai sebab akibat, bahwa segala sesuatu itu ada karena ada yang mengadakannya atau yang membuatnya ada.
Siapa yang mengadakan sesuatu itu tidak dapat dijelaskan dengan alam pikiran manusia. Tetapi ada suatu kuasa. Kuasa yang Maha Besar dan agug yang tidak dapat dibandingkan.
Tuhan
Ugamo malim menyebut kuasa itu adalah Mulajadi na Bolon. Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bermula dan tidak berujung.
Keberadaannya adalah kekal untuk selama-lamanya. Keberadaan Mulajadi Nabolon itu dalam ajaran malim dapat dipahami dari tonggo-tonggo atau ayat-ayat doa berikut ini;
Ompung Mulajadi nabolon
Ho do namanjadihon langit na manjadihon tano
Namanjadihon saluhut nasa naadong
Ho do namanjadihon jolma umbahen naadong
Na manjadihon harajaon asa adong
Margomgom di toru ni langitmu, di atas ni tano on
Dijadihon ho do tondim jadi anakmu
Ima Raja Nasiakbagi
Margomgom hami di ruma hamalimon mi
Parajar si oloan jala marmeme si bonduton
Ajarna i do nahuoloi hami
Mamena i do na huparngoluhon hami
Umbahen ro hami saluhut ginomgom ni tondina
Sian holang-holang ni dosa nauanu on
Marluhut si pangantaran ni bale parpitaan
Dohot bale partonggoan
Marsomba mardaulat tu ho
Marhite lapir ni tangan nami marsomba
Timpul ni daupa dohot pangurason
Indahan na las
Dengke ni lean
Pira ni ambalungan
Manuk lahi bini
Hambing puti si tompion
Teori-teori teologis yang dimengerti dalam ayat-ayat tersebut adalah bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau ada. Tetapi tidak dapat dilihat. Dia tidak bermula dan tidak mempunyai ujung. Ini merupakan sistem teologi Islam yang diambil menjadi bentuk teolgi Parmalim.
Dia dapat dihubungi dan dijumpai hanya dalam alam spiritual. Teori ini mengatakan bahwa dia dapat disembah dengan sesaji. Dapat dipuji dalam kehidupan yang lebih mendalam dari kehidupan manusia.
Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan tidak dapat dibandingkan. Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya. Dia adalah kuasa menghukum dan kuasa mengampuni. Kuasa kasih dan kuasa murka. Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu bersadarkan Ugamo Malim.
Keberadaan kuasa Mulajadi Nabolon menurut ugamo malim terpencar dalam wujud Debata Natolu, Debata Na Tolu adalah wujud kuasa dari tiga fungsi kuasa Tuhan Yang Maha Esa.
Beberapa doa Parmalim menunjukkan beberapa kesamaan dengan Islam:
Marsomba mardaulat hami tu Ho,
Selanjutnya, beberapa intelektual Batak mulai menggali sendiri, sistem keagamaan Parmalim. Di antaranya Guru Somalaing, Manurung dan Naipospos. Ketiga intelektual ini sangat berperan penting dalam mengembangkan sistem agama Islam sinkretis ini dan ketiganya mendapat tempat khusus dalam sekte masing-masing di agama Parmalim.
Guru Somalaing
Ajarannya meliputi beberapa perintah dan larangan. Bila Guru Mulia befokus pada pemahaman teologis ketuhanan maka Guru Somalaing banyak berfokus pada ajaran agamanya yang menjadi pedoman sehari-hari hubungan antara manusia. Dia kemudian tewas dalam sergapan pasukan ekspedisi Belanda yang terinfiltrasi di Habinsaran.
Salah satu larangan yang sangat ditekankan oleh Guru Somalaing adalah tidak boleh memakan darah, daging babi dan daging anjing serta monyet.
Beberapa dewa-dewa sekte Somalaing adalah:
1. Tuhan Mulajadi Na Bolon, Sang pencipta
2. Raja Hatorusan, yang dianggap sebagai penengah, yakni hasil campuran asimilasi Raja Tarusan dari Minang yang menjadi asal usul nenek moyang Sisingamangaraja. (Jelas ini merupakan informasi yang terpotong-potong dari peradaban Islam di Barus.
3. Raja Uti, Kepala Kuria dari Barus yang legendaris dan mempunyai moncong Babi, keturunan dari Sultan Ibrahim dari Melayu yang menjadi utusan Raja. Keturunan Sultan Ibrahim adalah muslim. Jadi ini merupakan pemuliaan terhadap muslim dan Islam yang menjadi sumber dari ajaran ini.
4. Sisingamangaraja
5. Raja Siasat Bagi, penyebar agama Parmalim.
Pengikut ajaran ini tersebar di tanah Batak khususnya di perbatasan Toba dan Simalungun, yakni Aek Bontar, Silou Bosar dan Simangalogom dengan dua guru yakni, Lada dan Telan.
Guru M. Manurung
Pembaharuan agama parmalim yang perdibuatnya adalah pengorganisasian para pengikut parmalim. Lengkap dengan susunan ritual dan pemimpin-peminpin hirarkis ke Tuhan. Dia merancang ibadat, kebaktian dan tata adat serta prosedur-prosedur lainnya.
Organisasi keagamaan mereka yang terbesar adalah PAMBI singkatan dari Persatuan Agama Malim Baringin Batak Indonesia, lengkap dengan divisi kaum ibu, ulama dan sayap mudanya (Naposobulung). Mereka fokus dalam pembinaan ummat. Jumlah pengikutnya adalah 502.496 jiwa pada tahun 1996 (buku ini diterbitkan).
Guru Mulia Naipospos
Dia banyak mengembangkan sistem filsafat dan teologi Parmalim.
Kesimpulan:
1. Parmalim, sebagai sebuah ajaran Islam yang dikembangkan sendiri oleh masyarakat adat Batak, merupakan efek samping dari penyebaran Islam di tanah Batak yang tidak terstruktur. Beberapa kalangan Batak yang sudah memeluk Islam kaffah sejak abad-abad permulaan hijriyah nampaknya tidak berambisi dan berkeinginan untuk menyebarkan Islam secara organisasional. Hal itu dapat dipahami dengan latar belakang sosiologis dan ekonomi saat itu. Di mana ajaran agama Islam yang saat itu cenderung sebagai 'ilmu pengetahuan' yang baru sengaja dirahasiakan oleh beberapa kalangan Islam, agar kedudukan mereka tetap tinggi di tengah masyarakat Batak yang animis dan pagan yang sangat menghormati orang yang ber 'pengetahuan luas'.
2. Parmalim sebagai ajaran Islam sinkretis semakin terisolir dengan kehadiran penjajah Belanda. Ajaran Parmalim menjadi cenderung untuk mencari sendiri argumen-argumen keagamaan untuk mengisi kekosongan filsafat keagamaan yang belum tuntas diserap oleh peradaban Batak dari Islam.
3. Hubungan antara Islam dan Parmalim semakin putus saat revolusi kemerdekaan republik Indonesia, dimana Islam sendiri maksudnya orang Islamnya sendiri semakin terpuruk akibat politik agama penjajah Belanda.
4. Keterputusan itu semakin parah dan mengakibatkan Islam dan Parmalim semakin jauh karena beberapa intelektual Batak mulai melakukan kodifikasi ajaran Parmalim menurut tafsiran dan pengembangan mereka berdasarkan informasi-informasi yang didapat secara terpotong-potong, sesuai dengan kemajuan masyarakat Batak yang semakin terbelakang di zaman kolonialisme Belanda.
5. Parmalim menjadi sebuah aliran agama kepercayaan paska kemerdekaan RI karena beberapa kalangan non-Parmalim ikut serta dalam pengembangan agama parmalim yang semakin jauh dari Islam.
6. Karena merupakan sebuah agama sinkretisme, ajaran Parmalim nampak sangat berbeda dan semrawut bila ditilik dengan bukti-bukti sejarah.
By. Julkifli Marbun (pakkatnauli@yahoo.com)
Seperti Kejawen di tanah Jawa, di tanah Batak juga terdapat istilah Parmalim yang diyakini sebagai sebuah agama yang utuh. Ajaran ini 70 persen berasal dari agama Islam yang telah dikenal bangsa Batak sejak abad ke-8 M. Beberapa ajaran yang berasal dari pemikiran dan tafsiran-tafsiran itu akhirnya disandarkan kepada Raja Uti dari Barus.
Kedudukan Raja Uti bagi Parmalim adalah tokoh spiritual (Supranatural) dengan kedudukan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam membentuk kepribadian Raja SM Raja dari pertama sampai dua belas. Bimbingan itu juga berlaku kepada bangsa batak sejak dahulu kala.
Kata Malim berasal dari bahasa Arab yang terdapat di kitab-kitab suci; yang berarti suci dan saleh dari asal kata Muallim. Dalam bahasa Arab Muallim merujuk kepada istilah orang suci yang menjadi pembimbing dan sokoguru. Parmalim diistilah Batak berkembang ke dalam pengertian; orang-orang saleh berpakaian sorban putih.
Bila kita pelajari Islam di tanah Batak yang sangat berhubungan dengan Islam di Tanah Minang, dapat diketahui bahwa istilah 'malim' masih digunakan di tanah Minang sebelum era masuknya tarekat naqsabandiyah di sana. Ini berarti dalam era tarekat syattariyah.
Mengenai asal kata Malim lihat H. M. Lange, Het Nederlandsch Oost-Indisch Leger ter Westkust van Sumatra (1819-1845) (Hertogenbosch: Gebroeders Muller, 1852), I, p. 16 B..d., "De Padries op Sumatra," Indisch Magazijn, II, No. 1 (1845), pp. 175-176. Lebh jelas mengenai istilah malim lihat Hamka, Ajahku, Riwajat Hidup Dr. H. Abd. Karim Amrullah dan Perdjuangan Kaum Agama di Sumatera (3rd edition; Djakarta: Penerbit Djajamurni, 1967), p. 24, ftn. 1.
Dikatakan bahwa :
…Islam di Minangkabau mendapat perhatian publik saat kehadiran Syeikh Burhanuddin yang mendirikan Universitas Ulakan di Ulakan, Sumatera Barat. Syeikh Burhanuddin ini merupakan murid dari Abdulrauf Singkel. Abdulrauf Singkel sendiri merupakan murid dari Hamzah Fansuri.
Alumni univeristas ini akhirnya menyebar dan mendapat penghormatan dari masyarakat di Minaggkabau darat yang berpusat di Pemansiangan, Agam. Salah satu yang terkenal dari alumni-alumni tersebut adalah Tuanku Nan Tua atau Tuanku Kota Tua (11) dari Empat Angkat, Agam.
Tuanku Nan Tua, yang sudah terpengaruh dengan tarekat Naqsabandiyah, berusaha mengenalkan sistem tasawuf ini meninggalkan tarekat Syattariah. Sebabnya adalah berkembangnya faham syafii menggantikan faham syiah yang sudah lama punah dari tanah Minang. Tarekat Naqsabandiyah dianggap lebih dekat dengan mazhab syafii.
Salah satu murid Tuanku Nan Tua, mulai naik untuk menyebarkan pembaharuan pemahaman agama ini. Pada waktu itu, pemahaman lama Islam tidak mampun menciptakan law and order di tengah masyarakat Minang yang akhirnya sibuk dalam maksiat dan lain-lain.
Murid tersebut adalah Imam Bonjol yang berusaha berdiri menegakkan law and order tersebut. Imam Bonjol sendiri sebelum dikenal dengan nama ini juga sudah terkenal di masyarakat dengan nama Muhammad Syahab atau Peto Syarief atau 'Malim' Besar'.
Malim di sini adalah pemimpin tarekat. Dia juga masuk dalam jajaran administrasi pemimpin adat dan tempat bertanya dalam konsultasi syariah. Artinya dalam budaya Batak, Malim ini masuk menjadi jajaran penasehat raja sebuah huta di samping parbaringin, dan raja patik.
Masuknya Islam ke tanah Batak yang sangat dipengaruhi oleh budaya Aceh dan Minang sangat berpengaruh besar dengan berkembangnya istilah Malim dan Parmalim menjadi sebuah sinkretisme agama Islam.
Parmalimpun diklaim merupakan agama monoteis aseli orang Batak. Sekarang ini agama ini telah diakui oleh Pemerintah RI sebagai aliran kepercayaan. Seperti halnya sebuah agama, ajaran ini mempunyai sekte-sekte. Tiga di antaranya yang terkenal adalah Parmalim dengan pimpinan, (rasul?) Raja Mulia Naipospos berkedudukan di Huta Tinggi, Laguboti. Sekte yang kedua dengn rasulnya Guru Somalaing berkedudukan di Balige dan yang tekhir rasul Guru Mangantar Manurung di Si Gaol Huta Gur-gur, Porsea. Sekte lain yang sudah pudar adalah Agama Putih dan Agama Teka.
Raja Uti dianggap berkedudukan sebaga pembawa agama seperti halnya Guru Nanak di keyakinan Sikh, para SM Raja merupakan penerusnya dalam menerima wahyu dan para pemimpin agama sebagai rasul-rasul pembaharu. Sejarah peradaban kaum Batak sebanding dengan rekannya kaum Yahudi, Arab, India, Tao dan lain sebagainya yang mempunyai nabi dan rasul-rasul dari kaumnya.
Sejarah Batak tidak saja mengenai perluasan wilayah, adat-istiadat, perang dan konflik tapi juga mengenai sejarah pencarian Tuhan dalam bentuk pembaharuan dan perubahan pola pikir dalam beragama. Parmalim merupakan produk dari proses pencarian Tuhan yang tiada hentinya dalam percaturan sejarah bangsa Batak. Seperti halnya yang dialami oleh bangsa-bangsa dengan peradaban yang maju lainnya.
Sekilas Agama Parmalim
1. Tuhan: Mulajadi Na Bolon (Yang Maha Besar tempat semua makhluk berasal)
2. Tempat Ibadah: Bale Parpitaan dan Bale Partonggoan
3. Kita Suci: Tumbaga Holing
4. Pembawa Agama/Tokoh Spiritual: Raja Uti
5. Pantangan: Riba, Makan Darah, Babi dan Anjing serta Monyet
6. Hari Suci: Sabtu
7. Pertama kali berdiri: 497 Masehi atau 1450 tahun Batak
Sandaran Teologis
Filosofi Teologis dalam pemahaman Parmalim adalah tentang sebuah eksistensi. Eksistensi manusia harus didasarkan pada komunikasi pada alam. Tanpa itu keseimbangan tidak dapat dipertahankan. Salah satu ujud dari komunikasi kepada alam akan membentuk penyadaran diri sebagai makhluk yang lemah.
Kegulauan dalam pikiran yang menimbulkan pertanyaan dalam diri akan mendapat jawaban dari diri itu sendiri, sebagai sebab akibat, bahwa segala sesuatu itu ada karena ada yang mengadakannya atau yang membuatnya ada.
Siapa yang mengadakan sesuatu itu tidak dapat dijelaskan dengan alam pikiran manusia. Tetapi ada suatu kuasa. Kuasa yang Maha Besar dan agug yang tidak dapat dibandingkan.
Tuhan
Ugamo malim menyebut kuasa itu adalah Mulajadi na Bolon. Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bermula dan tidak berujung.
Keberadaannya adalah kekal untuk selama-lamanya. Keberadaan Mulajadi Nabolon itu dalam ajaran malim dapat dipahami dari tonggo-tonggo atau ayat-ayat doa berikut ini;
Ompung Mulajadi nabolon
Ho do namanjadihon langit na manjadihon tano
Namanjadihon saluhut nasa naadong
Ho do namanjadihon jolma umbahen naadong
Na manjadihon harajaon asa adong
Margomgom di toru ni langitmu, di atas ni tano on
Dijadihon ho do tondim jadi anakmu
Ima Raja Nasiakbagi
Margomgom hami di ruma hamalimon mi
Parajar si oloan jala marmeme si bonduton
Ajarna i do nahuoloi hami
Mamena i do na huparngoluhon hami
Umbahen ro hami saluhut ginomgom ni tondina
Sian holang-holang ni dosa nauanu on
Marluhut si pangantaran ni bale parpitaan
Dohot bale partonggoan
Marsomba mardaulat tu ho
Marhite lapir ni tangan nami marsomba
Timpul ni daupa dohot pangurason
Indahan na las
Dengke ni lean
Pira ni ambalungan
Manuk lahi bini
Hambing puti si tompion
Teori-teori teologis yang dimengerti dalam ayat-ayat tersebut adalah bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau ada. Tetapi tidak dapat dilihat. Dia tidak bermula dan tidak mempunyai ujung. Ini merupakan sistem teologi Islam yang diambil menjadi bentuk teolgi Parmalim.
Dia dapat dihubungi dan dijumpai hanya dalam alam spiritual. Teori ini mengatakan bahwa dia dapat disembah dengan sesaji. Dapat dipuji dalam kehidupan yang lebih mendalam dari kehidupan manusia.
Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan tidak dapat dibandingkan. Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya. Dia adalah kuasa menghukum dan kuasa mengampuni. Kuasa kasih dan kuasa murka. Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu bersadarkan Ugamo Malim.
Keberadaan kuasa Mulajadi Nabolon menurut ugamo malim terpencar dalam wujud Debata Natolu, Debata Na Tolu adalah wujud kuasa dari tiga fungsi kuasa Tuhan Yang Maha Esa.
Beberapa doa Parmalim menunjukkan beberapa kesamaan dengan Islam:
Marsomba mardaulat hami tu Ho,
Selanjutnya, beberapa intelektual Batak mulai menggali sendiri, sistem keagamaan Parmalim. Di antaranya Guru Somalaing, Manurung dan Naipospos. Ketiga intelektual ini sangat berperan penting dalam mengembangkan sistem agama Islam sinkretis ini dan ketiganya mendapat tempat khusus dalam sekte masing-masing di agama Parmalim.
Guru Somalaing
Ajarannya meliputi beberapa perintah dan larangan. Bila Guru Mulia befokus pada pemahaman teologis ketuhanan maka Guru Somalaing banyak berfokus pada ajaran agamanya yang menjadi pedoman sehari-hari hubungan antara manusia. Dia kemudian tewas dalam sergapan pasukan ekspedisi Belanda yang terinfiltrasi di Habinsaran.
Salah satu larangan yang sangat ditekankan oleh Guru Somalaing adalah tidak boleh memakan darah, daging babi dan daging anjing serta monyet.
Beberapa dewa-dewa sekte Somalaing adalah:
1. Tuhan Mulajadi Na Bolon, Sang pencipta
2. Raja Hatorusan, yang dianggap sebagai penengah, yakni hasil campuran asimilasi Raja Tarusan dari Minang yang menjadi asal usul nenek moyang Sisingamangaraja. (Jelas ini merupakan informasi yang terpotong-potong dari peradaban Islam di Barus.
3. Raja Uti, Kepala Kuria dari Barus yang legendaris dan mempunyai moncong Babi, keturunan dari Sultan Ibrahim dari Melayu yang menjadi utusan Raja. Keturunan Sultan Ibrahim adalah muslim. Jadi ini merupakan pemuliaan terhadap muslim dan Islam yang menjadi sumber dari ajaran ini.
4. Sisingamangaraja
5. Raja Siasat Bagi, penyebar agama Parmalim.
Pengikut ajaran ini tersebar di tanah Batak khususnya di perbatasan Toba dan Simalungun, yakni Aek Bontar, Silou Bosar dan Simangalogom dengan dua guru yakni, Lada dan Telan.
Guru M. Manurung
Pembaharuan agama parmalim yang perdibuatnya adalah pengorganisasian para pengikut parmalim. Lengkap dengan susunan ritual dan pemimpin-peminpin hirarkis ke Tuhan. Dia merancang ibadat, kebaktian dan tata adat serta prosedur-prosedur lainnya.
Organisasi keagamaan mereka yang terbesar adalah PAMBI singkatan dari Persatuan Agama Malim Baringin Batak Indonesia, lengkap dengan divisi kaum ibu, ulama dan sayap mudanya (Naposobulung). Mereka fokus dalam pembinaan ummat. Jumlah pengikutnya adalah 502.496 jiwa pada tahun 1996 (buku ini diterbitkan).
Guru Mulia Naipospos
Dia banyak mengembangkan sistem filsafat dan teologi Parmalim.
Kesimpulan:
1. Parmalim, sebagai sebuah ajaran Islam yang dikembangkan sendiri oleh masyarakat adat Batak, merupakan efek samping dari penyebaran Islam di tanah Batak yang tidak terstruktur. Beberapa kalangan Batak yang sudah memeluk Islam kaffah sejak abad-abad permulaan hijriyah nampaknya tidak berambisi dan berkeinginan untuk menyebarkan Islam secara organisasional. Hal itu dapat dipahami dengan latar belakang sosiologis dan ekonomi saat itu. Di mana ajaran agama Islam yang saat itu cenderung sebagai 'ilmu pengetahuan' yang baru sengaja dirahasiakan oleh beberapa kalangan Islam, agar kedudukan mereka tetap tinggi di tengah masyarakat Batak yang animis dan pagan yang sangat menghormati orang yang ber 'pengetahuan luas'.
2. Parmalim sebagai ajaran Islam sinkretis semakin terisolir dengan kehadiran penjajah Belanda. Ajaran Parmalim menjadi cenderung untuk mencari sendiri argumen-argumen keagamaan untuk mengisi kekosongan filsafat keagamaan yang belum tuntas diserap oleh peradaban Batak dari Islam.
3. Hubungan antara Islam dan Parmalim semakin putus saat revolusi kemerdekaan republik Indonesia, dimana Islam sendiri maksudnya orang Islamnya sendiri semakin terpuruk akibat politik agama penjajah Belanda.
4. Keterputusan itu semakin parah dan mengakibatkan Islam dan Parmalim semakin jauh karena beberapa intelektual Batak mulai melakukan kodifikasi ajaran Parmalim menurut tafsiran dan pengembangan mereka berdasarkan informasi-informasi yang didapat secara terpotong-potong, sesuai dengan kemajuan masyarakat Batak yang semakin terbelakang di zaman kolonialisme Belanda.
5. Parmalim menjadi sebuah aliran agama kepercayaan paska kemerdekaan RI karena beberapa kalangan non-Parmalim ikut serta dalam pengembangan agama parmalim yang semakin jauh dari Islam.
6. Karena merupakan sebuah agama sinkretisme, ajaran Parmalim nampak sangat berbeda dan semrawut bila ditilik dengan bukti-bukti sejarah.
By. Julkifli Marbun (pakkatnauli@yahoo.com)
loading...
No comments:
Post a Comment