08 Mar 07 15:10 WIB
Sumut Bisa Jadi Produsen Haminjon Kelas Dunia
Aeknauli, Parapat. WASPADA Online
Sumatera Utara, sejak abad 16 dikenal sebagai penghasil utama haminjon di Indonesia, namun produktivitasnya menurun selama dua dasawarsa terakhir. Tapi kini kembali memiliki peluang menjadi produsen kelas dunia, baik dari segi produksi maupun mutu.
Peneliti senior BPPK (Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan) Aeknauli, Parapat, Ir. Sentot Adi Sasmuko mengemukakan pendapat itu Kamis (8/3), berkenaan kepeloporan industri pulp Porsea, TPL (PT Toba Pulp Lestari,Tbk) menggerakkan ‘haminjonisasi’ sejak tahun lalu. Pekan lalu Direktur TPL, Juanda Panjaitan, SE menyebutkan, salah satu program penting (tambahan) TPL 2007 yakni penanaman haminjon (kemenyan) secara massal di Kab. Humbang Hasundutan, wilayah yang selama ini dikenal sebagai penghasil haminjon terkemuka. Tahun lalu, katanya, TPL sudah mulai menanam sekira 30 ribu bibit unggul haminjon dan angka itu menjadi lebih banyak pada 2007. “Kami sudah memesan 50 ribu bibit lagi,” katanya.
Haminjon kata Sentot, salah satu hasil hutan bukan kayu sebagaimana halnya rotan dan damar. Di Sumut terdapat ‘haminjon toba’ (styrax sumatrana) dan ‘haminjon durame’ (styrax benzoin dryand). Kayu ini menghasilkan getah beraroma spesifik dan diperoleh melalui penyadapan. Getahnya manjadi bahan baku istimewa industri parfum dunia, tetapi di Indonesia dijadikan pula penyedap rasa dan bau rokok serta dupa sebagai alat bantu ritual tertentu.
Sebagian besar pohon haminjon Sumut tumbuh di Humbang Hasundutan dan ‘haminjon Doloksanggul’ sangat terkenal. Sebagian lagi tumbuh di Pahae, Parmonangan, Adiankoting (Taput) dan juga Sipirok (Tapsel). Haminjon sebenarnya dapat dibudidayakan di semua daerah dengan ketinggian 500 hingga 2.000 meter, dan pada usia tujuh tahun sudah dapat dipanen dua kali setahun.
Berdasarkan penelitian di Aeknauli, panen perdana haminjon buatan dapat menghasilkan getah kering 1 ons per batang per sekali panen dan pada usia 10 tahun naik menjadi 0,5 kg dan naik lagi menjadi 1 kg pada usia terbaik 20 tahun. Panen dapat dilakukan dua kali setahun. Ada tiga cara meningkatkan budidaya haminjon yakni melalui program hutan rakyat, hutan kemasyarakatan dan hutan tanaman industri.
Posisi Tawar Petani Lemah
Harga haminjon di tingkat masyarakat dewasa ini berkisar Rp50 ribu per kg, tetapi begitu sampai di Jawa meningkat menjadi Rp100 ribu dan naik lagi secara drastis menjadi tiga hingga empat kali lipat di tingkat industriawan parfum di Eropa. Posisi tawar petani kita masih rendah. Mereka tidak berdaya menahan barangnya memperoleh harga yang lebih adil karena faktor finansial. Untuk mengatasinya diperlukan wadah asosiasi atau koperasi.
Dalam perdagangan dunia, getah haminjon asal Vietnam, Laos dan Myanmar sangat dikenal dan hampir seluruhnya diserap industri parfum terutama Paris, Prancis. Haminjon Sumatra (styrax sumatrana) juga dikenal meskipun faktanya tidak pernah ditemukan data resmi ekspor dari Sumatera Utara. Sebuah laporan menyebutkan, haminjon Toba dikirim ke Jawa dijadikan bahan baku industri rokok dan dari sanalah kemudian mengalir ke Paris.
Sumut Bisa Jadi Produsen Haminjon Kelas Dunia
Aeknauli, Parapat. WASPADA Online
Sumatera Utara, sejak abad 16 dikenal sebagai penghasil utama haminjon di Indonesia, namun produktivitasnya menurun selama dua dasawarsa terakhir. Tapi kini kembali memiliki peluang menjadi produsen kelas dunia, baik dari segi produksi maupun mutu.
Peneliti senior BPPK (Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan) Aeknauli, Parapat, Ir. Sentot Adi Sasmuko mengemukakan pendapat itu Kamis (8/3), berkenaan kepeloporan industri pulp Porsea, TPL (PT Toba Pulp Lestari,Tbk) menggerakkan ‘haminjonisasi’ sejak tahun lalu. Pekan lalu Direktur TPL, Juanda Panjaitan, SE menyebutkan, salah satu program penting (tambahan) TPL 2007 yakni penanaman haminjon (kemenyan) secara massal di Kab. Humbang Hasundutan, wilayah yang selama ini dikenal sebagai penghasil haminjon terkemuka. Tahun lalu, katanya, TPL sudah mulai menanam sekira 30 ribu bibit unggul haminjon dan angka itu menjadi lebih banyak pada 2007. “Kami sudah memesan 50 ribu bibit lagi,” katanya.
Haminjon kata Sentot, salah satu hasil hutan bukan kayu sebagaimana halnya rotan dan damar. Di Sumut terdapat ‘haminjon toba’ (styrax sumatrana) dan ‘haminjon durame’ (styrax benzoin dryand). Kayu ini menghasilkan getah beraroma spesifik dan diperoleh melalui penyadapan. Getahnya manjadi bahan baku istimewa industri parfum dunia, tetapi di Indonesia dijadikan pula penyedap rasa dan bau rokok serta dupa sebagai alat bantu ritual tertentu.
Sebagian besar pohon haminjon Sumut tumbuh di Humbang Hasundutan dan ‘haminjon Doloksanggul’ sangat terkenal. Sebagian lagi tumbuh di Pahae, Parmonangan, Adiankoting (Taput) dan juga Sipirok (Tapsel). Haminjon sebenarnya dapat dibudidayakan di semua daerah dengan ketinggian 500 hingga 2.000 meter, dan pada usia tujuh tahun sudah dapat dipanen dua kali setahun.
Berdasarkan penelitian di Aeknauli, panen perdana haminjon buatan dapat menghasilkan getah kering 1 ons per batang per sekali panen dan pada usia 10 tahun naik menjadi 0,5 kg dan naik lagi menjadi 1 kg pada usia terbaik 20 tahun. Panen dapat dilakukan dua kali setahun. Ada tiga cara meningkatkan budidaya haminjon yakni melalui program hutan rakyat, hutan kemasyarakatan dan hutan tanaman industri.
Posisi Tawar Petani Lemah
Harga haminjon di tingkat masyarakat dewasa ini berkisar Rp50 ribu per kg, tetapi begitu sampai di Jawa meningkat menjadi Rp100 ribu dan naik lagi secara drastis menjadi tiga hingga empat kali lipat di tingkat industriawan parfum di Eropa. Posisi tawar petani kita masih rendah. Mereka tidak berdaya menahan barangnya memperoleh harga yang lebih adil karena faktor finansial. Untuk mengatasinya diperlukan wadah asosiasi atau koperasi.
Dalam perdagangan dunia, getah haminjon asal Vietnam, Laos dan Myanmar sangat dikenal dan hampir seluruhnya diserap industri parfum terutama Paris, Prancis. Haminjon Sumatra (styrax sumatrana) juga dikenal meskipun faktanya tidak pernah ditemukan data resmi ekspor dari Sumatera Utara. Sebuah laporan menyebutkan, haminjon Toba dikirim ke Jawa dijadikan bahan baku industri rokok dan dari sanalah kemudian mengalir ke Paris.
loading...
No comments:
Post a Comment