Wednesday 14 March 2007
Tiga Kelompok Nelayan Sibolga Tolak Bantuan Perahu Fiberglass
Tiga Kelompok Usaha Bersama (KUBE) nelayan di Panomboman Kelurahan Sibolga Ilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga menyatakan, menolak menerima bantuan perahu fiberglass dari Departemen Sosial (Depsos) RI yang nantinya akan diserahkan melalui Pemko Sibolga. Kelompok nelayan ini menuding telah terjadi penyimpangan dana dalam pembuatan perahu tersebut.
"Kami tidak akan menerima boat bantuan itu. Karena nilai pembuatan kapal sepertinya tidak sesuai dengan yang pernah dirapatkan," kata Ketua KUBE Parsapa Parningotan Siburian mewakili rekannya Saut Panggabean dari KUBE Mujur dan Rukyan Panggabean dari KUBE Unedo kepada Global, Selasa (13/3).
Menurut Parningotan, ketika rapat dengan pihak kelurahan yang dipimpin oleh konsultan proyek, ada beberapa bentuk bantuan yang ditawarkan kepada mereka yakni peternakan kambing, lele jumbo dan yang terakhir perlengkapan nelayan.
Ketika itu, opsi pertama dan kedua ditolak dengan alasan lingkungan kurang mendukung. Sehingga terjadi kesepakatan untuk melaksanakan opsi ketiga yakni pengadaan perahu boat dengan ukuran 9 x 1,2 meter dilengkapi mesin berkekuatan 9,9 PK. "Saat itu disampaikan kalau dana untuk setiap kelompok nelayan sebesar Rp 40 juta," katanya.
Setelah disepakati, kelompok nelayan di Sibolga ini diminta menandatangani sebentuk cek, agar dana yang diperuntukkan untuk satu kelompok nelayan sebesar Rp 40 juta dapat dicairkan untuk pembuatan boat tempel tersebut. "Kami sendiri yang langsung menandatanganinya, sehingga kami mengetahui dananya," ujar Parningotan.
Namun, setelah pembuatan kapal yang berjumlah 115 unit itu nyaris rampung dan sudah dibagikan ke beberapa kelompok nelayan, membuat ketiga kelompok ini sangat kecewa. Karena menurut mereka dana pembuatan kapal diperkirakan tidak sampai Rp 40 juta. Ditarsir hanya berkisar Rp 20 jutaan. Selain itu, mesin kapal bukanlah mesin yang sering dipakai oleh nelayan pada umumnya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta Depsos RI atau Pemerintah Kota Sibolga untuk meninjau ulang proyek tersebut sebelum dibagikan kepada KUBE. "Dengan perkiraan dana yang kita analisa itu, tentunya kita kecewa. Ke mana dana sekitar Rp 20 juta lagi," katanya.
Salah seorang pekerja kapal sekaligus pengawas proyek pembuatan perahu fiberglass M Situmorang di lokasi proyek mengaku, beberapa waktu yang lalu dia pernah menyampaikan kepada pengelola proyek untuk dibuatkan kapal yang sama.
"Saat itu, pengelola proyek mengatakan, biaya pembuatan satu unit perahu fiberglass cukup mahal berkisar Rp 20 juta, itupun hanya pembuatan bodi kapal saja," terang M Situmorang.
Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Sibolga Ilir Laurimba Sinaga yang turut mendampingi ketiga kelompok nelayan ini kepada Global mengatakan, kalau memang apa yang disampaikan oleh kelompok nelayan yang ada di daerahnya itu benar, maka pihaknya merasa sangat kecewa.
"Karena masyarakat dan ketua kelompok nelayan telah menandatangani nilai nominal sebesar Rp 40 juta. Tetapi yang terjadi justru tidak sesuai dengan nilai nominal tersebut. Dalam hal ini kami menduga sudah terjadi sebuah penipuan," katanya seraya mengharapkan kepada instansi terkait segera meninjau kembali bantuan ini agar ke depannya tidak terjadi lagi hal yang sama.
Tigor Manalu >> Global | Tapanuli Sibolga
Tiga Kelompok Nelayan Sibolga Tolak Bantuan Perahu Fiberglass
Tiga Kelompok Usaha Bersama (KUBE) nelayan di Panomboman Kelurahan Sibolga Ilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga menyatakan, menolak menerima bantuan perahu fiberglass dari Departemen Sosial (Depsos) RI yang nantinya akan diserahkan melalui Pemko Sibolga. Kelompok nelayan ini menuding telah terjadi penyimpangan dana dalam pembuatan perahu tersebut.
"Kami tidak akan menerima boat bantuan itu. Karena nilai pembuatan kapal sepertinya tidak sesuai dengan yang pernah dirapatkan," kata Ketua KUBE Parsapa Parningotan Siburian mewakili rekannya Saut Panggabean dari KUBE Mujur dan Rukyan Panggabean dari KUBE Unedo kepada Global, Selasa (13/3).
Menurut Parningotan, ketika rapat dengan pihak kelurahan yang dipimpin oleh konsultan proyek, ada beberapa bentuk bantuan yang ditawarkan kepada mereka yakni peternakan kambing, lele jumbo dan yang terakhir perlengkapan nelayan.
Ketika itu, opsi pertama dan kedua ditolak dengan alasan lingkungan kurang mendukung. Sehingga terjadi kesepakatan untuk melaksanakan opsi ketiga yakni pengadaan perahu boat dengan ukuran 9 x 1,2 meter dilengkapi mesin berkekuatan 9,9 PK. "Saat itu disampaikan kalau dana untuk setiap kelompok nelayan sebesar Rp 40 juta," katanya.
Setelah disepakati, kelompok nelayan di Sibolga ini diminta menandatangani sebentuk cek, agar dana yang diperuntukkan untuk satu kelompok nelayan sebesar Rp 40 juta dapat dicairkan untuk pembuatan boat tempel tersebut. "Kami sendiri yang langsung menandatanganinya, sehingga kami mengetahui dananya," ujar Parningotan.
Namun, setelah pembuatan kapal yang berjumlah 115 unit itu nyaris rampung dan sudah dibagikan ke beberapa kelompok nelayan, membuat ketiga kelompok ini sangat kecewa. Karena menurut mereka dana pembuatan kapal diperkirakan tidak sampai Rp 40 juta. Ditarsir hanya berkisar Rp 20 jutaan. Selain itu, mesin kapal bukanlah mesin yang sering dipakai oleh nelayan pada umumnya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta Depsos RI atau Pemerintah Kota Sibolga untuk meninjau ulang proyek tersebut sebelum dibagikan kepada KUBE. "Dengan perkiraan dana yang kita analisa itu, tentunya kita kecewa. Ke mana dana sekitar Rp 20 juta lagi," katanya.
Salah seorang pekerja kapal sekaligus pengawas proyek pembuatan perahu fiberglass M Situmorang di lokasi proyek mengaku, beberapa waktu yang lalu dia pernah menyampaikan kepada pengelola proyek untuk dibuatkan kapal yang sama.
"Saat itu, pengelola proyek mengatakan, biaya pembuatan satu unit perahu fiberglass cukup mahal berkisar Rp 20 juta, itupun hanya pembuatan bodi kapal saja," terang M Situmorang.
Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Sibolga Ilir Laurimba Sinaga yang turut mendampingi ketiga kelompok nelayan ini kepada Global mengatakan, kalau memang apa yang disampaikan oleh kelompok nelayan yang ada di daerahnya itu benar, maka pihaknya merasa sangat kecewa.
"Karena masyarakat dan ketua kelompok nelayan telah menandatangani nilai nominal sebesar Rp 40 juta. Tetapi yang terjadi justru tidak sesuai dengan nilai nominal tersebut. Dalam hal ini kami menduga sudah terjadi sebuah penipuan," katanya seraya mengharapkan kepada instansi terkait segera meninjau kembali bantuan ini agar ke depannya tidak terjadi lagi hal yang sama.
Tigor Manalu >> Global | Tapanuli Sibolga
loading...
No comments:
Post a Comment